Kemanapun pergi, pasti kampung halaman akan selalu dirindukan. Karena tak ada satu pun tempat yang menyimpan cinta seluas samudera, kecuali satu, yakni keluarga.
Bengkulu,
merupakan tempat yang selalu aku rindukan ke mana pun dan sejauh apapun aku
melangkah. Walau bukan orang Bengkulu
asli, tetapi darah Serawai mengalir padaku dari garis keturunan Bapak. Sementara ibuku berasal dari suku Sunda, jadilah aku ini perpaduan suku Serawai dan Sunda, :) . Untuk orang-orang yang memang berasal
dari Bengkulu, pasti sudah tak asing dengan suku Serawai. Ya ,karena memang suku
ini termasuk suku besar di daerah Bengkulu.
Aku
sendiri menghabiskan hampir separuh hidupku di kota Bengkulu. Walau saat ini aku kembali merantau ke luar Bengkulu karena
ikut suami, yakni ke Jakarta. Sebelumnya aku juga tidak tingggal di Bengkulu,
karena dari sejak lahir hingga berumur 8,5 tahun aku tinggal di Nusa Tenggara
Timur.
Nah,kali
ini aku akan sedikit berbagi cerita tentang keseruanku berlibur di Bengkulu
saat bulan Oktober hingga November 2020 lalu. Lagi-lagi liburan ke Bengkulu ini
bukanlah rencana kami sekeluarga pada awalnya, karena sebelumnya kami berencana
ke Kendari saat lebaran. Tetapi karena tingkat penyebaran covid19 masih sangat tinggi saat itu, maka kami memutuskan untuk membatalkan rencana
kami untuk mudik ke Muna, Kendari (kampung halaman suami).
Awal Oktober 2020 lalu, pemerintah DKI kembali
melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), hal ini kemudian menyebabkan
suamiku kembali WFH (Work From Home). Awalnya saat penerapan new normal, suamiku sudah menggunakan
sistem shift saat bekerja, yakni 1
minggu WFH dan satu minggu selanjutnya WFO (Work From Home), tetapi karena
adanya PSBB total, akhirnya suamiku kembali WFH. Nah pada saat berhari-hari WFH ituah, entah mengapa akhirnya ia
memiliki ide untuk berlibur ke Bengkulu (lagi-lagi ajakan mendadak yang di luar rencana).
Berfoto bersama Abi Ayya di salah satu spot foto di Wisata Tebing Suban Curup, Bengkulu |
“Neng (panggilan sayang dari suami, hehe), kita kayaknya pulang ke Bengkulu saja deh? Ayok kita cek tiket!,” ujarnya malam itu.
“Ah yang bener Bang?(panggilan sayangku padanya adalah abang, wkwk), kok tiba-tiba? Terus nanti gimana di jalan? Aku kok takut kena covid ya?,” jawabku ragu.
“Nggak apa-apa, kita pake masker
dan faceshield, insyaAllah aman,” ujar suamiku saat itu.
Okelah
kalau begitu, karena sudah diyakinin, akhirnya aku cek tiket pesawat di
traveloka, setelah itu aku segera registrasi pembayaran dan finally
kita fix akan ke Bengkulu pada tanggal 18 Oktober 2020 dengan pesawat Citilink.
Aku berencana bersama Ayya (anak perempuanku yang berusia 2 tahunan) akan berlibur di rumah Mamaku (Bengkulu) sekitar satu bulanan,
sementara suamiku hanya sekitar 1 minggu saja di Bengkulu, karena ada beberapa
urusan penting yang hanya bisa dikerjakan di Jakarta.
Saat
itu rasa-rasanya aku amat senang sekali bisa pulang ke Bengkulu. Sudah
kubayangkan aku akan pergi kemana saja nanti saat tiba di sana. Beberapa destinasi wisata sudah menjadi incaranku. Hal ini wajar menurutku membuatku excited, karena selama covid 19 di Jakarta ini kami memang tidak pernah ke mana-mana, kecuali keluar
untuk keperluan yang benar-benar penting, seperti berbelanja keperluan rumah di
tukang sayur ataupun pasar atau indomaret dan warung dekat rumah, berolahraga jalan
santai sekitaran rumah dan juga pergi ke dokter jika ada yang sakit.
Selebihnya,kami hanya berdiam diri di rumah, dari Senin ke Minggu, dari Minggu
keSenin, begitulah selama hampir 7 bulan lamanya.
Perjalanan ke Bengkulu
Alhamdulillah pesawat kami tiba di Bengkulu tepat waktu, yakni sekitar pukul 2 siang. Selama di jalan,kami sangat waspada, aku dan Abi Ayya menggunakan masker dan faceshield, Ayya yang baru berusia 2 tahun juga tak lepas dari masker, hanya saja ia agak risih dengan faceshield,sehingga faceshieldnya tidak digunakan lagi saat berada di bandara, hanya bertahan saat perjalanan dari rumah kami menuju bandara saja (kami menggunakan Gocar menuju bandara).
Ayya dan Abi Berposedi Bandara Soetta sebelum naik ke pesawat menuju Bengkulu |
Selain itu, di
tasku aku juga tak lupa sediakan handsanitizer, nah
hal ini aku gunakan setiap saat, saat usai melakukan registrasi atau memegang fasilitas umum apapun yang ada di Bandara Soetta hingga Bandara Fatmawati
Bengkulu. Hal ini juga berlaku untuk Abi dan Ayya tentunya. Saat di Bandara,
kami sesekali minum, sebenarnya hal ini membuatku agak was-was, takut terserang
virus, tetapi mau bagaimana lagi, sembari mengucap bismillah dan terus berdoa
agar tidak terserang covid 19, aku tetap berpositif thinking bahwa insyaAllah perjalanan ini aman. Apalagi di atas pesawat Ayya sempat minta
susu,di mana kami harus membuatkan susu untuknya di atas pesawat. Hal ini
tentunya membuat aku tambah was-was, tetapi lagi-lagi aku tetap berdoa dan
bermunajat pada Allah,semoga kami sekeluarga terlindungi dari virus covid 19
selama perjalanan.
Tiba
di Bengkulu kami bertiga dijemput Bapak, kemudian kami pergi ke rumah orang tua ku yang
berada di Jalan Timur Indah, sekitar 20 menit jaraknya dari Bandara. Tentunya
di rumah sudah menanti mama ku dan para keponakan. Ah.. rasanya rindu sekian
lama terbayarkan karena bisa bertemu dengan keluarga secara langsung.
Beberapa Destinasi Wisata yang Kami Kunjungi Saat Berlibur di Bengkulu
1.Pantai Panjang
Tak lengkap rasanya ke Bengkulu,
kalau tidak mengunjungi Pantai Panjang. Pantai ini amat indah, apalagi ketika
kita mampu menangkap sunset yang indah di sore hari. Jarak Pantai Panjang
sendiri tak jauh dari pusat kota Bengkulu, yakni sekitaran 20 menit jika
ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor. Untuk memasuki area wisata ini
sendiri sama sekali tidak dipungut biaya. Hanya saja kita akan dikenakan tarif
parkir dan juga wajib membeli makanan seperti minimalmemesan kelapa muda ketika
menyewa tempat duduk yang ada atapnya (atap terbuat dari daun rumbia atau terpal
yang menyerupai payung) di sekitaran kawasan wisata.
Saat itu kami mengunjungi pantai
Panjang di siang hari sekitar jam 11 siang, tentunya kami membawa bekal dari
rumah, berupa nasi ayam goreng, rujak dan juga kerupuk. Memang menu yang kami
biasa saja,tetapi ketika dimakan dengan view pantai, tentunya rasanya jadi
berbeda.
2. Kebun Jeruk Pekik Nyaring
Saat berada di Jakarta, kawasan
ini sempat viral di media sosial. Hal inilah yang membuatku ingin berkunjung ke
sana.Tapi sayang sekali, saat sudah berada di sana, kebun jeruknya ternyata
ditutup karena sedang tak berbuah. Kabarnya akan dibuka kembali jika sudah
musim buah. Tapi tentunya hal menyenangkan tetap kami dapatkan, karena
sepanjang jalan menuju kebun Jeruk di
Pekik Nyaring, kami melihat pemandangan sawah hijau yang terbentang luas di
sisi kanan jalan.Wah, masyaAllah Hijau! Sangat sejuk rasanya! (Hah, rasanya
bahagia melihat sawah secara langsung, karena selama di Jakarta, kami tinggaldi
kawasan padat penduduk, di mana pemandangan sawah sulit untuk didapatkan.
3. Pulau Kumayan
Nah, destinasi wisata yang satu
ini juga wajib dikunjungi, lagi-lagi karena viral di media sosial, aku sangat ingin mengunjunginya. Kawasan ini
adalah kawasan Hutan Bakau yang menurutku cukup instagramable, lokasinya ada di kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu. Banyak sekali arena bermain anak di sana, seperti ayunan, rumah-rumahan pohon dan beberapa spot foto menarik. Nama Kumayan ini sendiri ternyata berarti Bambu, karena kawasan ini awalnya dipenuhi banyak sekali pohon bambu. Namun
sayang, saat aku dan suami akan berfoto di sekitaran kawasan hutan bakau, hujan
deras tiba-tiba datang,sehingga kami hanya sempat foto ala kadarnya saja di
depan salah satu pohon bakau. Rasa-rasanya ingin ke sana lagi suatu saat nanti.
Untuk masuk ke kawasan wisata ini,per orang ditarik tarif sekitar Rp3.500,-
Mau Mengambil Foto di spot foto yang lebih keren, keburu hujan deras datang, jadilah foto ala kadarnya. :D |
4. Tebing Suban
Kawasan destinasi wisata ini juga
jangan lupa dikunjungi ketika di Bengkulu. Kawasan wisata ini juga sangat instagramable,
berada di Kabupaten Curup, Rejang Lebong. Berjarak sekitar 4 jam,jika ditempuh
dengan kendaraan bermotordari kota Bengkulu. Suasana di Tebing Suban ini amat
menyenangkan,karena kita bisa menatap sekitaran Curup dari atas Tebing. Selain
itu,juga terdapat miniature rumah beratap segitiga yang amat menarik untuk
dijadikan latar foto. Di kawasan wisata ini juga tersedia area bermain anak
yang didesain menarik,seperti ayunan berbentuk pohon, perosotan dan juga ada trampoline.
Cantiknya pemandangan di Wisata Tebing Suban Curup |
5. Kebun Jeruk di daerah Curup
Untuk Kebun Jeruk di daerah Curup sendiri, sebenarnya merupakan hal yang kutunggu-tunggu untuk mengunjunginya. Karena belum berhasil berkunjung ke Kebun Jeruk yang ada di Bengkulu (yang di daerah Pekik Nyaring) maka aku kekeuh untuk mengunjungi kebun jeruk yang ada di Kabupaten Curup. Berbekal tanya sana-sini dengan pedagang di pinggir jalan Curup, maka kami menemukan kebun jeruk tersebut. Jalan meuju kebun jeruk tersebut berada tak jauh dari lokasi Tebing Suban, daerahnya yakni sebelum Rumah Susu di daerah Rejang Lebong dan juga sebelum Objek Wisata Danau Mas.
Ayya berpose bersama Kakek di Kebun Jeruk Buahnya amat lebat ya. |
Di lokasi ini setiap orang yang masuk wajib dikenakan tarif Rp10.000,- (tidak berlaku untuk anak di bawah 10 tahun) dan ketika memetik buah jeruk wajib membeli, di mana dikenakan harga Rp20.000,-/kgnya. Jenis jeruknya bukanlah jeruk Lebong (jeruk berkulit tebaldan manis, melainkan jeruk keprok). Tetapi berwisata di kawasan ini amat sejuk dan mata kita amat terhibur dengan melihat suasana kebun jeruk yang amat hijau.
Rimbun dan suburnya Pohon Jeruk |
Seru sekali bukan perjalanan liburanku selama di Bengkulu? Nah,bagi kalian yang belum pernah ke Bengkulu, bolehlah suatu waktu menyempatkan diri untuk berwisata ke kampung halamanku ini. Masih banyak sebenarnya destinasi wisata yang menarik lainnya, seperti Benteng Marlborough, Rumah Pengasingan Bung Karno, Pantai Tapak Paderi dan masih banyak lagi tentunya.