Relasi antar pribadi seorang pasien dan dokter
haruslah baik, apalagi pasien adalah seorang ibu yang sedang mengandung.
Awal Kehamilan
Waktu awal hamil dulu aku baru saja
hijrah dari Bengkulu ke Jakarta Barat. So,
aku sama sekali masih minim info tentang beberapa tempat penting yang ada di
sini. Ditambah kondisiku yang baru saja resign
kerja dari dosen di Bengkulu dan memilih menjadi full time Wife, membuat circle
kehidupanku menjadi terbatas. Aku hanya memiliki beberapa tetangga ibu-ibu yang
kumintai pendapatnya mengenai klinik kesehatan, terutama klinik yang berkaitan
dengan kandungan.
Qadarullah,
awal pernikahanku, Februari 2018, aku sempat merasakan kondisi yang agak aneh
pada siklus bulananku. Aku sempat seperti orang yang sedang haid 1 hari, namun
berhenti di keesokan harinya. Suami sampai bilang, “jangan-jangan kamu bukan
haid?.” Tapi aku tetap kekeuh bahwa
aku haid walau memang kondisi saat itu memang haidku hanya 1 hari saja. Aku
meyakinkan diri saja, bisa jadi karena kecapekan, jadi berhenti sehari, terus
besok haid lagi, karena memang aku pernah begitu saat dulu. Tapi qadarullah,
haidku saat itu benar-benar 1 hari. Aku makin bingung, sementara perutku sakit
seperti orang yang lagi nyeri haid, tapi kok haidnya malah berhenti?.
Aku pun mencoba menghubungi temanku
saat itu yang sudah memiliki dua anak. Aku mintai pendapatnya. Ia menyarankan
kepadaku untuk membeli testpack. Tapi
menurutku kok malah harus testpack
sih?, kan kemarin haid?. Jujur aku bingung, tapi temanku masih saja
meyakinkanku untuk membeli testpack. Aku
masih saja belum yakin, hari itu juga kuhubungi iparku via telepon. Iparku
sudah memiliki dua orang anak, jadi menurutku ia pasti berpengalaman. Sarannya
pun sama, coba beli testpack esok
hari, coba saat bangun tidur di shubuh hari. Aku pun segera menghubungi suami,
aku memintanya untuk membelikanku testpack
di apotik saat pulang kerja.
Keesokan pagi, untuk pertama kalinya
aku tes kehamilan menggunakan testpack.
Hasil dua testpack dengan merk
berbeda sama-sama dua garis, namun garis yang satu lagi samar-samar. Aku masih
belum yakin, apa iya aku hamil?, toh yang satu itu garisnya samar-samar.
Daripada aku tambah bingung, aku minta kepada suami untuk diantar ke salah satu
Rumah Sakit di daerah Jakarta Barat. Suamiku mengiyakan, ia akan mengantarkanku
ke RS sebentar sebelum akhirnya ke kantor, kemudian aku akan mengantri dokter
sendiri nanti di sana. Suamiku meminta agar aku memilih dokter kandungan
perempuan saja. Aku pun mengiyakan.
Tiba di tempat pendaftaran, aku
mendapat kabar bahwa dokter kandungan yang perempuan baru akan praktek sekitar
jam 11.30 wib. Menurutku itu waktu yang cukup lama, sementara aku di sini
sendirian, tidak ada teman, apalagi kenalan. Baterai handphone pun tinggal sedikit, aku tak membawa casan atau pun
powerbank. Ya Allah, rasanya ngenes, mana
buku bacaan pun aku tak bawa. Tapi suamiku tetap kekeuh agar aku menunggu dokter perempuan datang. Aku pun sabar
menanti, sementara orang-orang sudah silih berganti datag ke ruangan praktek. FYI, di Rumah Sakit ini, praktek dokter
kandungan tidak hanya satu, melainkan ada beberapa dokter, sekitar 5 dokter,
namun dokter perempuan saat itu hanya ada 3 dokter yang notabene praktek di siang atau sore hari.
Saat aku sudah jenuh menunggu, ada
seorang ibu paruh baya menegurku, “Mbak nya mau ke Dokter siapa?, mau periksa
kehamilan ya?,”
“Iya Bu, saya menunggu dokter
perempuan Bu,” ujarku.
“Oh sama seperti anak saya, suaminya
juga sarankan begitu, tapi dokter perempuannya juga belum hadir tuh, ini sudah
mau jam 12.00 wib. Kami juga sudah menunggu sejak pagi. Kalau menurut saya,
tidak apa Mbak dokter kandungannya laki-laki, toh nanti di dalam juga ada
perawat kok, jadi aman. Daripada capek
menunggu lama.”
“Iya sih Bu, sebentar saya izin
suami dulu Bu, iya saya juga sudah capek
Bu ini, menunggu dari pagi,” aku pun mencoba untuk menghubungi suami dan
meminta izin.
Alhamdulillah suami mengizinkanku
setelah aku yakinkan. Aku pun mendaftar ke Dokter Kandungan laki-laki. Saat
diperiksa, dokter mengatakan bahwa ini sudah ada detak jantungnya. Usia
kandungan sudah 4 minggu, insyaAllah jika bayi sehat, akan lahir di bulan
Oktober 2018. Aku agak terkejut saat itu, antara senang tapi kaget, bisa
dibilang juga belum siap. Tapi aku mencoba untuk membesarkan hati, aku siap
jadi ibu, insyaAllah.
Berganti-Ganti Dokter Kandungan
Pengetahuan akan dokter praktek kandungan di Jakarta Barat yang masih minim, membuatku akhirnya memilih Rumah Sakit untuk tempat kontrol awal kehamilan hingga usia kehamilan sekitar 4 bulan. Atas saran suami, aku pun harus memeriksakan kandungan dengan dokter kandungan perempuan. Namun, aku sama sekali tak nyaman jika harus menunggu antrian hingga setengah hari setiap ingin memeriksakan kandungan. Belum lagi perasaan kurang klop yang kudapatkan saat konsultasi dengan dokter di sana, membuatku sempat beberapa kali ganti dokter kandungan.
Aku pun mengatakan pada suami untuk
mencari klinik kandungan yang lain saja, jangan ke Rumah Sakit. Rasanya sungguh
melelahkan ketika mengambil nomor antrian jam 5.30 wib sementara dokter hadir
dalam waktu yang kurang bisa diprediksi. Aku akui dokter perempuan di sana ada
yang menjelaskan kondisi kandunganku secara mendetail, namun secara psikologis
aku merasa kurang klop saja. Sudah dua dokter yang terkadang aku bertanya,
justru malah menjawab dengan kalimat pedas dan menurutku kurang sesuai. Aku
sempat pulang dengan menangis karena sebal
dengan tanggapan salah satu dokter kandungan yang mengatakan bahwa aku hobi
‘jajan dokter’ karena sering gonta ganti dokter kandungan. “Terus selanjutnya
Ibu mau ke dokter mana lagi Bu?,” kata-kata itu masih terngiang di pikiranku
hingga saat ini.
Menurutku, tidak seharusnya seorang
dokter kandungan berkata pedas apalagi sampai menyindir seorang pasien dengan notabene sedang hamil. Wajar jika
seorang pasien secara pribadi mengganti dokter spesialis yang ia datangi, toh
secara pribadi ia membayar, tidak gratis. Wajar jika ia ingin mendapatkan
pelayanan yang baik dan professional, baik secara penanganan ataupun relasi
antar pribadi. Wajar jika seorang ibu hamil yang baru pertama hamil memiliki
beberapa pertanyaan, tak ada salahnya untuk menjawab dengan baik dan ramah,
bukan malah menjawab dengan kalimat yang pedas, alih-alih menyindir.
Bertemu
Klinik Kartika
Akibat dari istilah ‘jajan dokter’,
aku pun sama sekali tak ingin kembali lagi ke RS itu untuk memeriksakan
kandungan. Aku berusaha untuk mencari klinik kandungan yang ada di sekitaran
Palmerah, Jakarta Barat. Bertemulah aku dengan Klinik Kartika, Tomang, Jakarta
Barat. Aku mencari informasi terkait klinik ini melalui google. Dengan mengendarai gocar,
aku dan suami pun mengunjungi klinik kartika. Di sana banyak dokter kandungan
perempuan. Kliniknya pun tidak terlalu besar, namun juga melayani proses
lahiran normal.
Di sana aku bertemu dengan dokter
kandungan yang amat ramah, bersedia aku tanyakan apa saja terkait kehamilan.
Aku sangat ingat tentang dokter Raisa, SPOg yang seringkali aku temui. Dokter
Raisa amat ramah, dan lagi dokter Raisa berparas cantik, sepertinya keturunan
Chinese. Sebenarnya aku sangat berharap konsultasi dengan Dokter Kartika
Hapsari, SP.OG-FNVOG. Kabarnya Dokter Kartika amat sangat ramah.
Permintaanku dikabulkan Allah, walau
saat itu aku konsultasi untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya aku terbang ke
Bengkulu, karena memilih bersalin di Bengkulu. Dokter Kartika memang sangat
ramah, orangnya asyik diajak konsultasi, beliau sangat welcome dengan beberapa pertanyaan yang aku berikan. Aku sampai
berniat untuk konsultasi dengan dokter ini lagi nantinya kalau untuk kehamilan
anak kedua. Pokoknya kalau bisa, ingin ditangani dokter Kartika, aamiin.
Klinik Kartika beralamat di Jalan Kamboja Raya No. 19B, Bambu Utara,
Palmerah, RT.12/RW.5, Kota Bambu Utara, Kecamatan. Palmerah, Jakarta Barat. Klinik
ini memang tidak terlalu besar dari segi bangunan. Lantai 1 digunakan untuk
praktek dokter serta ruang tunggu dan pendaftaran, sementara lantai 2 untuk
ruangan persalinan dan rawat inap. Info lebih lanjut bisa follow instagram Klinik Kartika.
Di klinik kartika tersedia fasilitas
USG 2dimensi – 4 dimensi, pemasangan IUD, konsultasi terkait Rahim, USG
transvaginal, beserta layanan papsmear. Dokter yang praktek pun merupakan para
dokter spesialis kandungan yang sudah ahli di bidangnya dan yang terpenting
adalah sangat welcome. Info banget nih
buat para Bunda yang ingin memeriksakan kandungannya, kalau menurutku sih ke
klinik Kartika Tomang Jakarta Barat aja.
nah ini kisah yang menarik buat referensi kalau ini bisa menjadi renungan ya kak bagi tenaga kesehatan buat jaga hati para pasien, intinya gini deh kita saling membutuhkan ya ga kak?
BalasHapusAku yang bacanya aja kesel. Udah tau ibu hamil itu moodnya berubah-ubah yah. Lebih sensitif. Bisa-bisanya ngomong gitu ke pasien. Padahal wajarlah cari dokter itu yang klop. Syukurnya sekarang sudah ketemu yaah dokter perempuan yang ramah.
BalasHapusKalau aku jadi mbak, mungkin juga bakalan gonta-ganti dokter sampai ketemu yang cocok. Tapi aku di Kaur sini, cuma ada satu SPOG. alhamdulillah nyaman meski ia cowok, apalagi ia faham agama. Juga ada bidan disini buat periksa. Alhamdulillah nyaman juga. Ia profesional dan melayani banget meski kalau dari raut wajah seperti terlihat tak ramah.
BalasHapuskalau dokternya ramah & enak diajak ngobrol bikin nyaman pas konsultasi
BalasHapus