Berobat Mata Ke RS JEC Kedoya pada Masa PPKM Level 4
Photo by Me |
Jum’at lalu (tanggal 6 Agustus 2021) saya memutuskan untuk mengunjungi Jakarta Eye Center yang ada di Kedoya, Jakarta Barat. Hal ini dikarenakan mata saya serasa perih sejak jalan pagi pada hari Kamis sebelumnya di komplek DPR Palmerah. Saat sedang menggendong Ayya (anak saya, usia 2 tahun 10 bulan) untuk main perosotan, mata saya serasa disemprot oleh ‘gas asing’, amat perih dan pandangan saya tiba-tiba seperti berwarna oranye (padahal itu pagi hari). Saya mengira bahwa mata saya terkena asap bakaran sampah di samping taman, tetapi rasanya tak mungkin, karena sumber asap cukup jauh. Tak mungkin kalau sampai ke mata saya, lagian memang asapnya tidak sampai ke dalam taman.
Saya masih berprasangka baik, saya
gendong kembali Ayya, lalu saya naikkan lagi ke atas perosotan. Ah.. ternyata perih kembali, seperti ada yang
benar-benar menyemprotkan ‘gas asing’,
saya kedip-kedipkan mata. Makin terasa perih. Saya masih pura-pura tak
terjadi apa-apa. Saya masih mengajak Ayya bermain sembari sesekali memotretnya.
Bermain di taman DPR ini sangat menyenangkan jika dilakukan pada waktu weekday, karena taman DPR akan sepi
pengunjung dibandingkan weekend,
mengingat saat ini masih masa PPKM Level 4 dikarenakan lonjakan kasus covid 19
di Indonesia.
Lokasi taman DPR tak jauh dari rumah
saya. Taman ini terletak di dalam komplek perumahan DPR RI Palmerah, Jakarta
Barat. Tamannya tak terlalu luas, tapi cukup untuk digunakan sebagai sarana
olahraga bagi masyarakat sekitar. Di dalam lokasi taman terdapat beberapa
tanaman hias yang tertata rapi dan juga beberapa arena bermain anak, salah satu
contohnya yakni perosotan. Taman
tersebut juga dilengkapi dengan beberapa bangku taman yang dapat digunakan
untuk bersantai di pagi hari menghirup udara segar di sekitar taman. Taman ini
juga dilengkapi dengan beberapa pepohonan rimbun, sehingga udara sekitar taman
amat sejuk. Dan yang lebih menyenangkan lagi, taman ini terbuka untuk umum.
Waktu menunjukkan pukul 07.30 WIB,
Abi Ayya mengajak untuk pulang, karena dirasa sudah cukup bermain di sekitaran
taman dan kami juga sudah berjalan santai sekitaran kompleks sebelum tiba di
taman DPR. Walau tak terlalu berkeringat, tetapi rasanya sudah cukup untuk
olahraga ringan pagi ini. Sepanjang perjalanan pulang, saya merasa bahwa mata
saya agak sakit, apalagi yang sebelah kanan. Hanya saja pandangan mata saya
sudah terang kembali, tidak lagi oranye seperti sebelumnya di taman. Tiba di
rumah, sakit mata yang saya rasakan semakin berat. Saya tidak merasa pusing, mata
saya juga tak merah, hanya saja saya benar-benar merasakan sakit mata. Namun
sakit mata kali ini berbeda, dikarenakan mata sama sekali tak merah dan juga
tak bengkak.
Kondisi Mata Semakin Sakit
Saya mengeluhkan hal ini pada Abi
Ayya. Ia menyarankan agar saya pergi ke rumah sakit. Tapi saya masih enggan
pergi ke Rumah Sakit karena saya cukup khawatir, mengingat saat ini penyebaran
covid 19 amat tinggi, terkhusus di DKI Jakarta. Saya mencoba untuk mengurangi
melihat layar Hp, saya mencoba untuk banyak istirahat saja pada hari itu.
Keesokan harinya, mata saya masih
saja sakit. Rasanya berat ketika melihat, terkhusus yang sebelah kanan. Saat
sujud ketika sholat semakin terasa sakitnya. Saya pun kembali mengeluh pada Abi
Ayya, “mata saya sakit, makin sakit sekarang,” ujar saya. Abi Ayya menyuruh
saya untuk pergi ke dokter saja, ia menyarankan saya untuk pergi ke Jakarta Eye
Center (JEC) Kedoya, Jakarta Barat.
Memutuskan untuk ke JEC
Karena saya sudah tak tahan,
akhirnya saya pun memberanikan diri untuk pergi saja ke JEC dengan menggunakan Gocar.
Saya tak mau mengendarai motor sendiri ke sana, karena kondisi mata sedang tak
baik. Sekitar jam 9.30 wib, saya tiba di Rumah Sakit JEC. Tiba di lobi, saya
diminta untuk mengisi semacam aplikasi dari JEC terkait kondisi kesehatan fisik
(karena masih dalam masa PPKM).
Awalnya saya melakukan scan barcode menggunakan HP dan
mengarahkan wajah pada layar televisi yang sudah dilengkapi camera pendeteksi
suhu (dilakukan secara digital). Setelah suhu badan dinyatakan normal, maka
saya diberi stiker hijau (sebagai penanda pengunjung) yang ditempelkan pada
bahu dan dipersilahkan untuk masuk.
Tiba saatnya masuk lobi, saya dibantu
petugas untuk melengkapi aplikasi kesehatan terkait kondisi fisik menggunakan handphone. Di sana terdapat beberapa
pertanyaan, apakah sedang mengalami
demam? Apakah sedang flu? Apakah mengalami flu batuk? Apakah sedang mengalami
sakit kepala?, dsb (semua pertanyaan di dalam aplikasi menggunakan bahasa
Inggris). Jika kondisi kita dinyatakan sehat setelah menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka kita dipersilahkan untuk mengambil nomor
antrian. Setelah beberapa menit menunggu akhirnya saya dipersilahkan untuk menuju
meja pendaftaran.
Lobi RS JEC KEDOYA Jakarta Barat Photo by www.jec.co.id |
Suasana di dalam JEC Kedoya sangatlah nyaman. Pengunjung tidak terlalu ramai, pasien RS ini didominasi orang-orang keturunan Cina. Dengan desain interior yang amat modern, kita akan sangat dimanjakan dengan kondisi ruangan yang supernyaman dan bersih. Di sebelah kanan saat masuk akan terlihat semacam mini café yang menjual beberapa pastry dan minuman (mini café di dalam JEC didesain mewah dan amat bersih), selain itu juga dilengkapi dengan kursi-kursi sofa yang nyaman bagi pengunjung yang sedang menunggu antrian. Selain itu JEC juga dilengkapi dengan 1 optik yang berada di samping kiri lobi. Ruangan-ruangan di JEC full AC dan didesain artistik. Dilengkapi juga dengan robot digital berwarna putih yang berkeliling menyampaikan informasi seputar JEC (dengan menggunakan bahasa Inggris).
Tiba saatnya nomor antrian saya
dipanggil. Petugas bagian administrasi pendaftaran sangatlah ramah, dengan
menggunakan masker kn95, faceshield serta penutup rambut (medis), mereka
melayani dengan sangat profesional. Pertama yang saya lakukan adalah
mengeluarkan kartu keanggotaan saya di JEC, setelah itu mengeluarkan kartu
asuransi Admedika. Kemudian saya diberi pertanyaan mengenai keluhan mata yang
saya rasakan. Petugas pun merekomendasikan beberapa orang dokter spesialis mata
yang bisa saya pilih. Ada lebih dari 5 orang dokter yang bisa saya pilih di
daftar list dokter Spesialis Mata yang hadir hari itu. Awalnya saya ingin
dokter perempuan saja yang memeriksa saya, tetapi karena pasien dokter wanita
yang bersangkutan sudah cukup penuh, maka saya memilih dokter spesialis mata
yang sekiranya masih sedikit antrian pasiennya.
Petugas menyarankan untuk memilih
dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM (K), dikarenakan antrian pasiennya belum terlalu
panjang. Saya pun menyetujui. Setelah urusan administrasi selesai, saya pun dipersilahkan
untuk naik ke lantai 3 dan menuju ruangan praktek dr.Setiyo Budi, SpM (K). Saya
menuju lantai 3 menggunakan lift, sebelum memasuki lift, saya menggunakan
handsanitizer yang terletak di depan lift (hanya cukup mengarahkan tangan saja
ke arah handsanitizer, maka cairannya akan otomatis keluar sendiri). Setelah
itu saya masuk ke dalam lift dan langsung menuju lantai 3. Di dalam lift pun
telah dibuat sedemikian rupa menggunakan tanda di lantai yang menunjukkan
tempat berdiri pengunjung agar tidak berdempetan saat berada di dalam lift.
Kondisi di dalam lift Photo by Me |
Di lantai 3 saya menyerahkan berkas
saya ke ruangan pemeriksaan mata sebelum menuju ke praktek dokter. Di sana saya
dipersilahkan untuk menuju ruangan observasi terlebih dahulu yang terletak di sebelah
ruangan pemeriksaan awal. Di ruang observasi, suhu saya kembali dicek dan tensi
darah saya juga diukur secara manual. Setelah dinyatakan normal, maka saya baru
boleh memasuki ruangan pemeriksaan awal.
Di dalam ruangan pemeriksaan awal, saya diberi pertanyaan terkait keluhan apa yang saya rasakan. Saya mengatakan bahwa mata saya seperti ada yang menyemprot dan kemudian terasa sakit terlebih pada bagian sebelah kanan. Saya diminta untuk melepas kaca mata. Dengan menggunakan alat khusus, bagian kanan dan kiri kaca mata saya di scan, dan diketahui berapa minus dan silindris kaca mata saya tersebut.
Tahap selanjutnya, dilakukan
pemeriksaan mata mata untuk mengetahui apakah mata saya minusnya bertambah atau
tidak, masih menggunakan alat yang sama. Saya diminta untuk menebak huruf dan
angka yang terdapat dalam monitor, (pemeriksaan mata dilakukan secara digital).
Penggunaan alat kesehatan dilakukan
dengan menggunakan protokol kesehatan, di mana setelah saya menempelkan dagu,
alat tersebut disemprot cairan steril dan kemudian dikeringkan menggunakan tisu terlebih dahulu
baru digunakan kembali. Kemudian pemeriksaan selanjutnya adalah mengukur ukuran
bola mata, saya kembali diminta untuk meletakkan dagu saya ke alat pemeriksa
mata, kemudian saya diberi perigatan bahwa nanti mata saya seperti disemprot
sedikit dengan menggunakan angin. Setiap pemeriksaan dilakukan secara digital
dan detail.
Setelah melakukan tahap pemeriksaan
awal, saya pun membawa berkas hasil observasi awal yang sudah diprint out ke bagian dokter spesialis. Saya
pun dipersilahkan menunggu. Sekitar setengah jam saya menunggu. Ruang tunggu
yang didesain nyaman ini juga dilengkapi dengan aquarium yang menarik untuk
diperhatikan. Selain itu ruang tunggu juga bersebelahan dengan ruangan Lions
Eye Bank Jakarta (LEBJ). LEBJ merupakan yayasan nonprofit terkait penyediaan, pengambilan dan distribusi
jaringan kornea terbaik.
Photo by Me |
Tiba giliran saya masuk ke ruangan
pemeriksaan. Saya bertemu dengan Dokter Setiyo Budi, dokter paruh baya yang
ramah. Pertama saya ditanya mengenai keluhan apa yang saya rasakan. Kemudian
mata saya kembali diperiksa dengan menggunakan alat khusus, di mana dagu saya
diletakkan pada alat tersebut, sementara mata saya diperiksa dengan menggunakan
alat seperti monitor. Hanya dalam hitungan detik hasil diagnose mata saya
muncul di layar yang terletak di depan tempat saya diperiksa. Dokter pun
menjelaskan masalah yang terjadi pada mata saya. Permasalahan yang saya alami
pun segera diketahui.
Saya mengalami mata kering, yang
menyebabkan mata saya perih, seperti ada yang menyemprot dan kemudian sakit.
Hal ini diakibatkan karena saya seringkali melihat screen laptop, handphone
dan juga seringkali berada di ruangan ber AC. Saya disarankan untuk tidak
melihat layar screen terlalu lama dan
harus meneteskan obat tetes mata per 3 jam sekali. Kemudian saya juga diberi
vitamin mata yang harus saya minum selama 2 bulan. Minus mata saya pun naik, menjadi minus silindris
1,5 pada mata kanan dan minus 1 pada mata kiri.
Usai menjelaskan dengan detail.
Dokter tersebut bertanya apakah masih ada keluhan atau pertanyaan lain?. Saya
pun menjawab tidak ada, karena sudah sangat jelas. “Oke terima kasih Ibu,
sampai jumpa kembali,” ucap dokter tersebut sembari memberi salam jarak jauh
kepada saya.
Photo by jec.co.id |
Saya dipersilahkan petugas untuk
menuju bagian administrasi dan kemudian menuju bagian farmasi. Setelah urusan administrasi
selesai, saya pun menuju bagian optik untuk mengambil catatan kondisi mata
saya. Saya tidak membeli kaca mata di optik yang disediakan JEC. Terakhir saya
megambil fotokopi resep di bagian farmasi. Saya berniat segera pulang ke rumah,
karena suami saya akan sholat Jumat di masjid. Nanti usai sholat Jumat, suami saya saja yang akan
mengambil resep obat ke RS JEC Kedoya.
Informasi lengkap mengenai RS JEC KEDOYA dapat diakses di www.jec.co.id
laman instagram JEC Eye Hospitals & Clinics
lingkungan rumah sakitnya bagus yaa, untuk berobat ke RS di masa ppkm ini lebih rumit dari biasanya, dan harus patuh prokes juga...
BalasHapusSerba salah ya mau interaksi dg hape dikurangi kan kerjaan banyak dari smartphone juga. Semoga matanya kembali pulih
BalasHapusWah PR banget nih mengurangi screen time biar kesehatan mata juga terjaga. Thankyou Mba remindernya, lekas sembuh yaa mba
BalasHapusremainder for me, mesti pakai kaca mata pelindung, sejak pandemi tiap hari pelototi tugas 300an siswa by telegram pribadi.
BalasHapusHahaha mabok ya Mak... Tapi insyaallah berkah ya. Istirahatkan matanya Mak, biar gak kering juga.
Hapusmasya allah, andai fasilitas RS merata kayak gini padu nian hehhe
BalasHapusAndai semua rumah sakit secakep ini yaakk, duhh nyaman banget pasti..
BalasHapusWaah Bagus banget RS nya, fasilitasnya juga the best ini mah
BalasHapusRSnyaa keren.. pasti nyaman banget, tpi senyaman2nya RS aku ttp berdoa gk main2 kesana deh...
BalasHapusTq banget infonya, jangan keseringan liat hp dan lptop yaaa...
Nah, iya Ayu. Terlalu lama terpapar screen bikin mata lelah. Alhamdulillah sengan adanya shalat mengingatkan juga buat stop. Saya kadang, benarn matiin hp biar stop,hahaha
BalasHapusJadi ni pake tetes matanya. Berapa lama kita pakainya. Kalo mata kering ada obat dari dalam lah kayak pil
BalasHapuskalo aku per 3 jam Mbk... kalo obat itu cuma vitamin Mbk yg diminum sehari sekali.
HapusFasilitas dan SDM rumah sakitnya kayaknya top banget yah. Lengkap. Sekarang gimana kondisi matanya mba? Btw, di RS ini bisa pake BPJS ga? 😂
BalasHapusmungkin bisa Mbk. aku kurang tau... iya Mbk untuk pelayanan oke punya Mbk, nyaman bgt kita dibuatnya.
HapusPelayanannya bagus ya mbak. Rumah sakitnya juga bagus dan bersih. Rekomended buat yang mau berobat mata nih. Btw, sehat-sehat ya mba. Moga matanya segera pulih. 🤗
BalasHapusaamiin. Makasih Nengsih doanya ❤
HapusPenting banget nih ya kak untuk sadar dan peka ama gejala kesehatan yang ada ama diri kita supaya lekas ditangani.
BalasHapusSemoga lekas membaik matanya mbk, dengan fasilitas rs begini jadi nyaman ya buat berobat apalagi pelayanan profesional bgt.
BalasHapus