Hai... apa kabar? Semoga
kita semua dalam suasana yang diberkahi Allah ya dan tentunya kita termasuk ke
dalam orang-orang yang senantiasa bersyukur. Kali ini, saya ingin sharing tentang kehidupan saya sebagai Fresh Wife a.k.a. kalau istilah saya sih
istri yang masih ‘fresh’ gitu (he..he..), karena masih dalam hitungan bulan
tentunya.
Nah, btw nih ya, untuk
Mbak-Mbak atau Kakak-kakak yang belum menemukan jodohnya saya doakan semoga
segera menemukan jodohnya. Semoga mendapatkan jodoh yang sholeh/sholehah dan
tentunya bonusnya lagi kalau jodohnya sesuai kriteria ya, aamiin. Untuk yang
belum meniatkan menikah, hayuk buruan diniatkan menikah, karena beribadah itu
harus diniatkan dan diusahakan, intinya jangan putus berdoa dan selalu
berprasangka yang baik pada Allah. Karena Allah itu Maha Pendengar doa-doa
kita. Intinya nih ya, kalau syarat-syarat sudah terpenuhi, misal nih, sudah
baligh, siap lahir dan bathin, nah tunggu apa lagi, ayoo.. diniatkan menikah.
Fyi nih ya, waktu itu
saya berniat menikah sekitar 4 tahun yang lalu dan baru menemukan jodoh di
tahun ini. Tentunya perjalanan begitu berliku. Belum lagi sudah banyak
teman-teman seumuran yang menikah, bahkan adik-adik tingkat saat kuliah pun
sudah silih berganti mengirim undangan. Belum lagi, dua tahun setelahnya bukan
lagi semacam rutinitas mendatangi undangan walimah, melainkan juga kunjungan
kepada sahabat-sahabat dan kerabat-kerabat yang telah melahirkan. Hummm,,
antara senang dan sedih sih (he...), tetapi memang itulah yang harus dijalani. Belum
lagi yang paling buat sedih adalah ketika sahabat-sahabat di berbagai komunitas
sudah pada launching undangan,
sementara saya masih saja di urutan teakhir (belum dipinang) dan akhirnya rela
menjadi tamu undangan lagi (hu..hu..)
Sebenarnya untuk urusan
lamar melamar, memang sudah ada yang hendak melamar sebelum-sebelumnya, namun
apa mau dikata, hati belum bertemu jua dengan yang klik. Karena menurut saya
kala itu dan hingga saat ini, ketika memutuskan menikah dengan seseorang, maka
haruslah berdasarkan rasa cinta dan kagum, bukan karena paksaan atau pun
pura-pura suka.
Dan jawaban atas doa-doa
panjang pun terjawab di tahun keempat penantian. Alhamdulillah prosesnya mudah
dan tidak terlalu sukar. Seperti istilah ’mestakung’atau ‘semesta mendukung’,
semuanya merestui, semuanya dimudahkan.
And finally, I am A Wife now....
But, its not a final, its just a new begin.... Perjuangan the real life baru saja dimulai.
................................................................
Okey, well, sekitar
seminggu pascamenikah, saya hijrah ke Jakarta bersama suami. Tepatnya di
Jakarta Barat, kawasan Palmerah. Lingkungan tempat kami tinggal berada di
sekitaran lingkungan kampus Bina Nusantara. Di mana di lingkungan ini, kampus
Binus terbagi menjadi tiga gedung, yakni Binus Anggrek, Binus Syahdan dan Binus
Kijang. Ketiga gedung perkuliahan tersebut berjarak sekitar 1 hingga 3 km, bisa
ditempuh dengan berjalan kaki, naik angkot ataupun gojek.
Seperti diketahui,
kawasan Jakarta Barat adalah kawasan terpadat dibandingkan dengan kawasan
Jakarta lainnya, sehinga jangan heran kalau tinggal di sekitaran sini, dari
mulai kawasan elit hingga yang tinggal berdesak-desakan di gang-gang sempit pun
ada di sini. Dari mulai kehidupan elit hingga kehidupan masyarakat menengah ke
bawah pun ada di depan mata.
Seminggu tinggal di sini,
saya masih merasa jet lag, namun lama
kelamaan saya terbiasa dengan suasana. Okey, fyi nih, semenjak saya hijrah ke Jakarta Barat saya off dari aktivitas sebagai dosen dan
kemudian memilih menjadi house wife untuk
sementara waktu. Namun, kegiatan perkuliahan yang berkaitan dengan perkuliahan komunikasi
masih tetap saya jalankan, di mana saya hingga tahun ini masih terctat sebaai
salah satu tutor online di Universitas Terbuka untuk mata kuliah di prodi Ilmu
Komunikasi. Perkuliahan online menjadikan saya hanya bisa melakukan konsultasi
via online dengan para mahasiswa, tanpa bertemu mereka secara langsung, seperti
yang biasanya saya lakukan dahulu.
Pada awalnya menjalani
kehidupan sebagai housewife, ada rasa
jenuh menimpa, terkadang saya kerap menangis tanpa alasan, bisa jadi karena
jenuh, karena saya belum juga terlalu banyak mengenal orang-orang di sekitaran
saya. Jujur, teman saya saat itu ya hanyalah suami saja. Sebenarnya sejak awal saya
tinggal di sini, suami sudah mendorong saya untuk melamar menjadi dosen
kembali, tetapi saya menolaknya, karena saya masih ingin beradaptasi dengan
kehidupan Jakarta, ditambah saya dinyatakan positif mengandung tidak lama dari
masa pernikahan kami. Alasan inilah yang kemudian menambah kebimbangan saya
untuk tidak melamar pekerjaan dulu sementara waktu, karena saya ingin awal
kehadiran bayi kami nanti, ibunyalah yang mengasuhnya bukan orang lain.
Terkadang ada rasa rindu
pada suasana kampus dan kelas. Apalagi ketika melihat teman-teman angkatan saya
mempelihatkan kelas dan mahasiswa mereka di sosial media, wah.. rasa-rasanya
saya ingin kembali mengajar. Namun hingga saat ini, raga saya belum tergerak
untuk melamar pekerjaan kembali karena ada hal baru lainnya yang akan saya
didik nantinya, lebih dari sekedar mendidik mahasiswa.
Walaupun terkadang saya rasanya
ingin marah pada segelintir orang yang kurang bijak, yang menyatakan bahwa ‘untuk apa berpendidikan tinggi, tetapi
hanya di rumah saja,’ atau ‘jadi perempuan itu harus bekerja, iya kalau suamimu
setia terus!’, atau ‘saya bangga bekerja sendiri, walaupun suami saya mapan,
karena menurut saya perempuan itu harus mandiri’. Loh, lalu apa salahnya
menjadi House Wife? Bukankah House Wife itu juga suatu pekerjaan? Di mana
keutamaannya lebih tinggi dibandingkan pekerjaan-pekerjaan lainnya? Kalau
menjawab pernyataan, ‘belum tentu suamimu itu nantinya selalu setia,’ tentunya
hal ini menurut saya lebih lucu lagi, mengapa? Karena menurut saya rezeki Allah
itu banyak dan luas. Dan berdoalah agar kehidupan rumah tangga kita baik-baik
saja, soal bagaimana nantinya, serahkan saja pada Allah. Jangan sampai alasan
kita bekerja, hanya karena takut kehilangan sesuatu yang sudah dititipkan Allah
pada kita.
Pilihan seorang wanita,
menjadi house wife atau pun wanita
karir sekali pun, itu adalah pilihannya masing-masing. Sebagai pribadi yang
baik tentunya kita bisa bijak menilai. Tak usahlah menambah beban orang lain
dengan penilaian-penilaian negatif kita, atau merasa bangga dengan apa yang
telah kita kerjakan. Karena apa yang kita lihat, belum tentu seperti hal yang
sebenarnya kita lihat. Jujur saja, saat masih aktif mengajar dahulu, saya
memang pernah berceloteh, sepertinya enak menjadi Ibu Rumah Tangga saja, karena
bekerja itu capek. Tetapi, saat saya
mengalaminya saat ini, saya rasa-rasanya ingin kembali mengajar saja. Namun,
qadar Allah, siapa yang bisa memastikan kehidupan yang akan datang, boleh jadi,
takdir berkata lain, bisa jadi saya akan kembali bekerja, bisa jadi tidak. Tugas
kita saat ini hanyalah, tetaplah berprasangka baik padaNya.
......................................................................................
Sekedar berbagi, bagi
para 'Fresh Wife' yang kebetulan akan atau sedang menjalani kehidupan baru sebagai house wife, saya ingin berbagi beberapa
hal untuk tetap menjadi Istri sholehah yang tetap strong and happy.
Pertama
Ikhlas. Jika dahulu kegiatan rutinitas adalah pergi ke tempat kerja dan kemudian
pulang saat sudah petang, nah saat ini pekerjaan kita adalah mengurus rumah
dalam waktu yang tidak terhingga. Namun segalanya harus tetap diniatkan dengan
ikhlas, tanamkan di dalam diri kita bahwa apa yang kita lakukan ini bernilai
ibadah, sehingga kita akan melakukan pekerjaan yang terbaik, walau hanya di
rumah saja.
Kedua
Sangat membantu jika memiliki hobi memasak. Yakinlah, memasak mampu mengeluarkan
kita dari kejenuhan-kejenuhan yang kita rasakan. Cobalah beragam resep baru
yang sangat mudah ditemui saat ini melalui sarana media online. Tentunya
memasak sendiri akan lebih sehat dan higienis. Selain itu, kita juga dapat
menghemat pengeluaran dengan rutin memasak setiap hari.
Ketiga
Lakukan hal yang disuka ketika sedang senggang. Walaupun saya hobi memasak, tetapi
saya juga memliki hobi kulineran. Nah, jadi jangan heran kalau pernah bertemu
dengan saya yang suka makan sendirian di tempat makan. Kebetulan daerah tempat
tinggal ada di sekitaran kampus, jadi banyak tempat-tempat kuliner yang bisa
dicicipi. Tetapi ingat, hobi kulineran boleh, tetapi jangan sampai buat kantong
bolong yah, ingat-ingat anggaran (he...). Selain kulineran, mungkin kita bisa
melakukan hal menarik lainnya yang memang menjadi hobi kita, misalnya merawat tanaman,
menyulam, menjahit, atau menulis.
Keempat
Ikutlah beberapa komunitas-komunitas yang bernilai positif. Menjadi Ibu Rumah Tangga bukan
berarti kita harus melulu di rumah dan menyendiri ya. Tetapi kita juga tetap
harus melakukan pengembangan diri dengan ikut dalam berbagai komunitas yang
bernilai positif. Tentunya jenu dong ya kalau misalnya di rumah terus
berhari-hari, berbulan-bulan. Nah, alangkah baiknya kita berhenti sejenak dari
rutinitas di rumah dan bergabung dengan komunitas-komunitas positif. Selain memperluas
pergaulan, kita juga mampu berbagi pengalaman dengan orang lain di komunitas
tersebut.
Kelima
Sesekali lakukan relaksasi dengan berolahrga atau pergi ke
salon. Jangan
mentang-mentang di rumah saja, penampilan kita menjadi tidak diperhatikan lagi
ya, kita harus tetap menjaga kebugaran dan juga kecantikan tentunya. Tidak perlu
mahal loh, berolahraga dan rajin merawat diri secara di rumah juga dapat
menjaga agar tubuh tetap bugar dan wajah tetap berseri-seri. Apalagi kita
memiliki pikiran yang senantiasa positif, otomatis wajah akan kian berseri. Selain
itu, kita juga ada baiknya sesekali pergi ke salon, memanjakan diri. Nah,
caranya adalah, menganggarkan sedikit dari uang belanja yang diberikan suami,
kalau belum cukup sebulan sekali, ya paling tidak dua bulan sekali kita udah
bisa pergi ke salon untuk memanjakan diri dan melakukan perawatan. Oleh karenanya,
pintar-pintarlah mengatur anggaran pengeluaran dalam keluarga.
Keenam.
Tetaplah bersyukur apapun kondisi kita. Nah, ini yang paling terpenting,
karena ketika kita bersyukur maka segalanya akan terasa ringan. Ketika jenuh
datang melanda apalagi sampai meneteskan air mata, cepat-cepatlah beristighfar.
Karena kondisi ketka kita merasa tertekan atau merasa kurang nyaman, akan
berakibat pada seluruh hal yang seharusnya telah rampung dikerjakan akan
menjadi terbengkalai. Oleh karenanya, keep
fighting for every condition ya Mom... J
Nah, itulah keenam tips
dari saya, mungkin belum waktunya saya membagi tips ya, karena bisa dibilang
saya ini mash sangat minim pengalaman dalam berumah tangga. Namun, ada kalanya
saya hanya ingin berbagi pesan-pesan positif kepada para rekan sekalian, yang
akan menjadi atau sedang menjadi ‘fresh
wife’ seperti saya sekarang ini. Selain itu, juga sebagai reminder pada diri saya, yang terkadang
belum pandai bersyukur juga hingga saat ini. Pada intinya, bersikaplah bijak
pada setiap kondisi. Jangan terlalu banyak membandingkan kehidupan kita dengan
kehidupan orang lain. Karena apa yang kau lihat belum tentu benar-benar hal
yang terlihat. Tetap bersemangat dan berbagi hal yang positif serta lakukan
yang terbaik. So, menjadi ‘fresh wife’, why
not?
Setuju, fresh wife? why not
BalasHapuskarena kita walau di rumah masih bisa berkarya kok, dan masih bisa bahagia serta menjalankan hobi :)
Mksh ya mbak tips nya. Bermanfaat bgt buat aku yg nantinya nggakbtau entah akan jdi house wife atau malah pekerja. Hehee
BalasHapusDan yg jomblo jdi baper ni. Huhuu
BalasHapusKak kenapa ini semua di bold....mata keselip ah
BalasHapusMira sudah merasakan housewife selama dua tahun mbk. Kalo suami bilang, enakan istrinya jadi housewife aja. biar selalu ada buat suami. haha
BalasHapustapi, sekarang mira cb dunia baru dulu, sebelum menjadi house wife yang lebih sempurna. hihi
Mbak warna teksnya diganti dong, agak susah dibaca terutama saat pake hp.. hehe. Makasih udah sharing pengalaman mbak :D
BalasHapusAsyik ya mbak jadi house wife, tapi ternyata ada cobaannya juga..
BalasHapusHouse Wife sangat mulia. Banyak pahalanya. Semoga menjadi kebaikan dan surga menanti.
BalasHapusAamiin... iya Mbk, jika ikhlas mnjalaninya, ada surga yg menanti.. :)
HapusAsikkk! Fresh wife ya mbaaa istilahnya. Selamat menikmati masa-masa jadi istri ya mba. Aku masih nungguin masa-masa itu tiba. Doain yaaaa 😆
BalasHapusAamiin.. 😊
HapusSetiap kita pasti punya kisah sendiri ya mbak soal jodoh, pernikahan dan lainnya. Fresh wife menjadi momen terindah tersendiri. Semoga samawa selalu ya mbk
BalasHapusIya Mbk .. aamiin, makasih Mbk doanya.. 😊
BalasHapuswow mantap buk
BalasHapus